Final Liga Champions Eropa 2012 akan mempertemukan tim unggulan lapis kedua; Bayern Muenchen (Jerman) dan Chelsea (Inggris). Mereka menyisihkan dua favorit utama dari Spanyol, Real Madrid dan Barcelona.
Pertandingan puncak akan digelar di Allianz Arena (UEFA menyebutnya Fussball Arena Muenchen karena melarang nama sponsor pada venue) pada 19 Mei 2012 sekaligus menjadikan Bayern tim finalis keempat yang akan tampil di kandanganya sendiri. Ini menjadi keuntungan tersendiri bagi pasukan Jupp Heynckes.
Allianz Arena dipercaya bakal penuh dengan warna merah dari publik Muenchen dan Jerman. Rilis resmi UEFA mengatakan, masing-masing finalis akan mendapat alokasi tiket 17.500 lembar tiket untuk fansnya. Namun alokasi tiket untuk fans netral diyakini akan lebih banyak diborong oleh publik Jerman.
Apakah berarti Bayern punya peluang lebih besar untuk menjadi juara? Belum tentu. Tuan rumah memang selalu diuntungkan dari segi motivasi dan dukungan, namun menjadi juara ditentukan oleh banyak faktor.
Sebelumnya, AS Roma pernah melakoni partai final Piala Champions (nama lama Liga Champions) 1984 di kandangnya sendiri, Stadion Olimpico. Namun mereka gagal juara. Sementara dua tim lainnya yang berhasil menjadi juara Eropa di kandangnya sendiri adalah Real Madrid (Santiago Bernabeu 1957) dan Internazionale Milan (Giuseppe Meazza/San Siro 1968).
Di kompetisi berformat turnamen seperti Liga Champions, statistik dalam satu dekade terakhir menunjukkan finalis yang lolos dari semifinal melalui adu penalti lebih sering gagal menjadi juara.
Sebelum Bayern, Liverpool juga lolos ke final Liga Champions 2007 melalui adu penalti. Di final, The Reds ditundukkan AC Milan.
Sementara di Piala Dunia yang juga berformat turnamen, Brasil sebagai favorit juara edisi 1998 berhasil lolos ke final dengan menundukkan Belanda melalui adu penalti. Namun di partai puncak, mereka menyerah kepada tuan rumah Perancis.
Selain adu penalti, tim juara selalu memiliki perjalanan dengan tren grafik menanjak. Tidak jarang, mereka terkesan terlambat panas. Tim nasional Malaysia memperlihatkan itu ketika menjuarai Piala AFF 2010. Kebalikannya dengan timnas Indonesia yang langsung mencatat grafik naik dan secara perlahan menunjukkan tren menurun.
Spanyol pun demikian kala menjuarai Piala Dunia untuk pertama kalinya pada 2010. Sempat kalah 0-1 di partai perdana melawan Swiss, Spanyol lantas bangkit dan melaju.
Dengan berbagai latar belakang statistik dan fakta tersebut, apakah berarti keuntungan berbalik menghadap Chelsea? Sekali lagi, sepakbola bukan matematika walaupun memang bisa diukur.
Faktor lain, bahkan yang utama, untuk menjadi juara adalah komposisi pemain, kesiapan fisik pemain dan strategi pelatih. Chelsea akan kehilangan empat pemain pilar, termasuk kapten John Terry yang menjalani sanksi kartu merah. Sedangkan Bayern tak akan bisa menurunkan tiga pemain penting. Semuanya lantaran skorsing akumulasi kartu kuning.
Sampai di sini, seperti halnya final kompetisi apapun, kedua tim tetap memiliki peluang yang sama. 50-50. Siapa pun yang maju ke final diyakini sebagai tim yang pantas karena telah melewati serangkaian rintangan. Tinggal bagaimana Roberto Di Matteo dan Heynckes meramu komposisi pemainnya serta menyiapkan racikan strategi yang mumpuni.
Final akan terasa istimewa karena diwakili oleh Bundesliga dan Premiership yang mendapat cap kompetisi terbaik di dunia dari berbagai sisi. Lebih mengasyikkan apabila pertandingan final nanti bakal menyuguhkan permainan yang menarik dan menghibur.
Soal itu, Bayern dan Chelsea pasti mampu melakukannya. Demi Anda, demi fans.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PLEASE FOLLOW ME ON TWITTER https://twitter.com/#!/OLisFary