Selama proses evakuasi korban Sukhoi Superjet 100 yang celaka di Gunung Salak, Bogor, tim evakuasi gabungan Indonesia harus bekerja sama dengan tim SAR Rusia. Tetapi, ternyata tidak mudah bekerja sama dengan mereka.
Sidik Permana, Bogor
TIM gabungan evakuasi pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 di Pasir Pogor, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, mulai gerah dengan tim kiriman pemerintah Rusia. Perdebatan demi perdebatan antardua pihak kian sering terjadi.
Kemarin Ketua Tim Gabungan Evakuasi dan Penyelamatan SSJ 100 Kol Inf A.M. Putranto kembali terlibat adu mulut dengan koordinator tim Rusia. Komandan Resor Militer (Danrem) 061 Surya Kancana (SK) itu mendadak naik pitam lantaran tim Rusia kerap bertindak di luar koordinasi.
Padahal, dalam perjanjian awal, tiga tim yang dikirim pemerintah Rusia sepenuhnya berada di bawah koordinasi dan kontrol tim Indonesia. Tiga tim Rusia tersebut terdiri atas tim SAR untuk pencarian korban, tim forensik yang membantu mengidentifikasi jasad korban, dan tim investigasi penyebab kecelakaan.
Cekcok bermula ketika 15 personel anggota tim KNKT Rusia yang hendak berangkat ke titik utama evakuasi di puncak Gunung Salak I dan II tiba-tiba menghentikan perjalanan di puncak Salak I sekitar pukul 12.35. Alasannya, dua personelnya meminta pulang ke posko karena tak kuat melanjutkan perjalanan (berarti sudah empat personel Rusia yang tak kuat naik Gunung Salak).
Parahnya, dua personel itu minta dijemput dengan helikopter. Karuan saja, permintaan tersebut tidak bisa dituruti tim gabungan di posko utama.
Tak hanya itu yang membuat darah Putranto mendidih. Selain meminta jemputan khusus, tim KNKT Rusia berniat membangun banyak tenda di puncak Salak I. Padahal, dataran di puncak Salak I sangat terbatas. Belum lagi, titik tersebut menjadi salah satu rest area bagi tim evakuasi dan wartawan.
"Semua tim Rusia berada dalam satu komando di bawah pimpinan Mayor Budi Syam, komandan 315 Garuda yang berada di atas Gunung Salak. Tidak bisa seenaknya," ungkap Putranto.
Berdasar pantauan Radar Bogor (Jawa Pos Group), tim KNKT Rusia di puncak Salak I memang kerap membuat para personel tim evakuasi lokal mengelus dada. Betapa tidak. Seorang personel tim Rusia tidur dalam satu tenda dengan satu kasur angin.
Soal urusan perut, tim dari Negeri Beruang Merah itu juga tak perlu pusing. Sebab, mereka membawa koki sendiri. Mereka pun wajib makan dengan meja makan. "Sementara kami tidur kedinginan di luar tenda dan makan daun karena takut perbekalan habis," ujar salah seorang tim SAR lokal yang menolak menyebutkan namanya.
Tak hanya tim gabungan evakuasi, warga sekitar base camp tim Rusia juga merasa tak nyaman. Pasukan M4C POCCNN (tim SAR Rusia) kini menguasai fasilitas SMPN 1 Cijeruk. Misalnya, penampungan air yang biasa digunakan warga. Saat ini tempat penampungan air tersebut disulap menjadi kamar mandi darurat milik pasukan Rusia. Sedangkan warga sekitar dilarang menggunakannya.
"Mereka tidak boleh semena-mena memakainya. Karena penampungan air tersebut untuk mengairi puluhan rumah warga di sini," tutur Madun, penjaga sekolah.
Selain itu, kini listrik milik sekolah digunakan tim SAR Rusia untuk menghidupkan peralatan elektronik dan penerangan empat tenda mereka. Padahal, mereka sudah membawa lebih dari dua pembangkit tenaga listrik. Pemakaian listrik yang sangat besar mengakibatkan saklar sekolah naik turun (mati). Apalagi saat malam tiba. Lebih dari lima kali Madun mesti mondar-mandir menyalakan saklar agar listrik kembali terang.
"Saya tidak keberatan, tapi siapa nanti yang bertanggung jawab atas kerusakan dan tagihan listrik ini?" tanya Madun.
Terkait dengan aktivitas belajar mengajar, empat tenda SAR Rusia di lapangan upacara juga dianggap cukup mengganggu. Kemarin para siswa tak bisa melakukan upacara bendera Senin. Konsentrasi belajar siswa juga terganggu oleh hilir mudik helikopter. Lebih parah lagi, salah satu ruang kelas SMPN 1 Cijeruk dibuat jamban darurat oleh pasukan Rusia.
Dengan kondisi itu, mau tidak mau pihak sekolah terpaksa meliburkan siswanya. "Pihak sekolah meliburkan para siswa untuk belajar di rumah," kata Kepala SMPN 1 Cijeruk Abdul Rozak.
Rozak menambahkan, aktivitas helikopter telah membuat genting sekolah berantakan dan tiga jendela pecah karena empasan angin. "Beruntung terhalang pohon. Jika tidak, bisa pecah semua jendela yang tak jauh dari heliped dan posko utama tim Rusia," tambahnya.
Sementara itu, Andrey Soroka, wakil tim evakuasi Rusia, mengatakan bahwa timnya hanya berfokus membantu kinerja tim evakuasi Indonesia. Andrey tak membantah bahwa dua personelnya terpaksa kembali turun lantaran tak kuat mendaki Gunung Salak.
"Dua orang turun. Satu dari perusahaan Sukhoi dan satu wartawan Rusia. Kami memang berfokus membantu evakuasi dan sama-sama mencari kotak hitam," ujar Andrey. (*/c10/nw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
PLEASE FOLLOW ME ON TWITTER https://twitter.com/#!/OLisFary